Kehidupan ku

Tuesday, December 28, 2010

Ibu bagi segalanya...


Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Adaapa nona?” Tanya si pemilik kedai.

“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”

“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata

“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Monday, December 27, 2010

31:14








sekian

Ratu Hati


Orang kata aku lahir dari perut ibu..
Bila dahaga, yang susukan aku.. ibu
Bila lapar, yang suapkan aku..ibu
Bila keseorangan, yang sentiasa di sampingku.. ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut.. Ma!
Bila bangun tidur, aku cari.. ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang ..ibu
Bila nak bermanja.. aku dekati ibu
Bila nak bergesel… aku duduk sebelah ibu
Bila sedih, yang boleh memujukku hanya ibu
Bila nakal, yang memarahi aku …ibu
Bila merajuk… yang memujukku cuma..ibu
Bila melakukan kesalahan… yang paling cepat marah..ibu
Bila takut… yang tenangkan aku.. ibu
Bila nak peluk… yang aku suka peluk..ibu
Bila merajuk, yang datang pujuk aku juga.. Ibu
Bila buat hal, yang marah aku dulu..Ibu
Bila ada masalah, yang paling risau.. Ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. Ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku.. Ibu
Yang selalu simpan dan kemaskan barang-barang aku, Ibu
Yang selalu berleter kat aku.. Ibu
Yang selalu puji aku.. Ibu
Yang selalu nasihat aku.. Ibu
Bila nak kahwin..
Orang pertama aku tunjuk dan rujuk… Ibu
Hingga saat ini…

Ibu tak pernah merungut padaku
Ibu tak pernah mintak padaku

Ibu….
Kaulah Ratu Hatiku…..

Thursday, December 23, 2010

Dalam Sebuah Loceng...


DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA MENGASIHANI





Di sebuah desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan satu-satunya anaknya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.


Sang ibu seringkali merasa sedih memikirkan anaknya itu. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyal lagi yang membuat ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitu , ibu tua itu selalu berdoa agar anaknya dapat sadar dan bertobat atas perbuatannya.


Suatu hari si anak kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasib anak itu, dia tertangkap oleh penduduk , lalu ia dibawa kehadapan pengadilan kerajaan untuk diadili sesuai dengan kebiasaan kerajaan.



Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak laki tersebut dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman hukuman tersebut disebarkan keseluruh desa. Hukuman pancung akan dilaksanakan esok harinya di depan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng kerajaan berdentang menandakan pukul enam pagi.


Berita hukuman itu akhirnya sampai ke telinga ibunya. Ia menangis meratapi anak yang sangat dicintainya, sambil berdoa kepada Allah SWT. Dengan tertatih-tatih si ibu tersebut mendatangi Raja dan memohon agar anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumah.


 suatu saat kau pasti bergelar ibu...


Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya, dan si anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di mata si anak wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.


Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai pada waktu yang ditentukan, lonceng kerajaan belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lewat sepuluh menit dari waktunya. Akhirnya didatangilah petugas yang membunyikan lonceng di kerajaan. Penjaga yang membunyikan lonceng tersebut juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng, tapi suara dentangnya tidak terdengar.


Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang dipegangnya untuk membunyikan
loceng mengalir darah, darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat dimana loceng diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. 










Tahukah anda apa yang terjadi ? 


Ternyata di dalam loceng besar itu ditemui tubuh si IBU tua dengan KEPALA HANCUR berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam loceng yang mengakibatkan loceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terhantuk ke dinding lonceng.


Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan menitiskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya, si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng, untuk menghindari hukuman pancung anaknya. Sungguh cinta ibu kepada anaknya hingga akhir hayatnya.



menangislah...




~i love u mom~




“ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”



SEKIAN

Buatmu Ibu

Lirik lagu yg sungguh mendalam. Moga kita semua sebagai anak dapat menghayati lagu ini dengan penuh perasaan. Kalau dapat tengok video kemudian kunci bilik duduk sorang-sorang layan. Fuhhh... Memang masyuk r...Cuba kalian semua cuaba..hihi.. Rasakan...




Ibu bergenang air mataku
Terbayang wajahmu yang redup sayu
Kudusnya kasih yang engkau hamparkan
Bagaikan laut yang tak bertepian

Biarpun kepahitan telah engkau rasakan
Tak pula kau merasa jemu
Mengasuh dan mendidik kami semua anakmu
Dari kecil hingga dewasa

Hidupmu kau korbankan
Biarpun dirimu yang telah terkorban
Tak dapat kubalasi akan semua ini
Semoga Tuhan memberkati kehidupanmu ibu

Ibu kau ampunilah dosaku
Andainya pernah menghiris hatimu
Restumu yang amatlah aku harapkan
Kerana disitu letak syurgaku

Tabahnya melayani kenakalan anakmu
Mengajarku erti kesabaran
Kau bagai pelita di kala aku kegelapan
Menyuluh jalan kehidupan

Kasihanilah Tuhan ibu yang telah melahirkan diriku
Bagaikan kasih ibu sewaktu kecilku
Moga bahgia ibu di dunia dan di akhirat sana...

Kasih sayangmu sungguh bernilai
Itulah harta yang engkau berikan
Ibu... dengarlah rintih hatiku untukmu ibu

Sumbangan Robiatul Saad & Aliza@Norliza Aris & MoHaMad Hakim/Yeop@KiM

Tuesday, December 21, 2010

Kisah Pohon Apel & Besarnya Jasa Ibu Bapak





Pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak-anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas hatinya, dan ada kalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.


Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mau mainan dan aku memerlukan uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku, kemudian jual untuk mendapatkan uang. Dengan begitu, kau dapat membeli mainan yang kauinginkan.”


Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi. Dia tidak kembali lagi setelah kejadian tersebut. Pohon apel itu merasa sedih.


Masa berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.”Aku tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah engkau menolongku?” Tanya anak itu. “Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah.” Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian ia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi.



Pada suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. Malangnya, aku tidak mempunyai kapal. Bisakah kau menolongku?” tanya lelaki itu. “Aku tidak mempunyai kapal untuk diberikan kepada engkau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat berlayar dengan gembira,” kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi setelah itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin tua, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.”Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada engkau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nadapilu.”Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku berupaya untuk berlayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.”


Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.


Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua Ibu Bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita memerlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi itulah hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani Ibu Bapak mereka. Hargailah jasa Ibu Bapak kita. Begitu besar jasa kedua orangtua kita dan kita tidak mungkin bisa membalasnya, karena tanpa mereka kita tidak bisa seperti sekarang ini.


Semoga bermanfaat…


SEKIAN

Nak pinjam gambar epal je...hihi...
LOVE our parent

Monday, December 20, 2010

Ibu dan Kita


  • Ketika berusia setahun, ibu suapkan makanan dan mandikan kita. Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dengan menangis sepanjang malam.

  • Apabila berusia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain. Kita ucapkan terima kasih dengan lari sambil ketawa apabila dipanggil.

  • Menjelang usia kita 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh rasa kasih sayang.Kita ucapkan terima kasih dengan menumpahkan makanan ke lantai.

  • Ketika berusia 4 tahun, ibu membelikan sekotak pensil warna. Kita ucapkan terima kasih dengan menconteng dinding.

  • Berusia 5 tahun, ibu membelikan sepasang pakaian baru. Kita ucapkan terima kasih dengan bergolek-golek dalam lopak kotor.

  • Setelah berusia 6 tahun, ibu memimpin tangan kita ke sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan menjerit; Tak Nak! Tak Nak!

  • Apabila berusia 7 tahun, ibu belikan sebiji bola, kita ucapkan terima kasih dengan pecahkan cermin tingkap jiran.

  • Menjelang usia 8 tahun, ibu belikan aiskrim. Kita ucapkan terima kasih dengan mengotorkan pakaian ibu.

  • Ketika berusia 9 tahun, ibu menghantar ke sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan ponteng kelas.

  • Berusia 10 tahun, ibu menghabiskan masa sehari suntuk menemani kita kemana sahaja, kita ucapkan terima kasih dengan tidak bertegur sapa dengannya.

  • Apabila berusia 12 tahun, ibu menyuruh membuat kerja sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan menonton televisyen.

  • Menjelang usia 13 tahun, ibu suruh pakai pakaian menutup aurat. Kita ucapkan terima kasih dengan menyatakan pakaian itu ketinggalan zaman.

  • Ketika berusia 14 tahun, ibu terpaksa mengikat perut membayar wang asrama, kita ucapkan terima kasih dengan tidak menulis sepucuk suratpun.

  • Berusia 15 tahun, ibu pulang dari kerja dan rindu pelukan terima kasih dengan mengunci pintu bilik.

  • Menjelang usia 18 tahun, ibu menangis gembira bila kita diterima masuk IPTA.Kita ucapkan terima kasih dengan bersuka ria dengan kawan-kawan.

  • Ketika berusia 19 tahun, ibu bersusah payah bayar yuran pengajian, hantar ke kampus dan heret beg ke asrama. Kita ucap selamat jalan pada ibu di luar asrama kerana malu dengan kawan-kawan.

  • Berusia 20 tahun, ibu tanya kita ada teman istimewa, kita kata, “itu bukan urusan ibu.”

  • Setelah berusia 21 tahun,ibu cuba memberikan pandangan mengenai kerjaya, kita kata, “saya tak mahu jadi seperti ibu.”

  • apabila berusia 22-23 tahun, ibu membelikan perabot untuk rumah bujang kita, kita kata, pilihan ibu tak cantik, tak berkenan di hati kita.

  • Menjelang usia 24, ibu bertemu bakal menantu dan bertanya mengenai rancangan masa depan. Kita menjeling dan merungut, “ibu, tolonglah...!”

  • Ketika berusia 25 tahun, ibu bersusah payah menanggung perbelanjaan perkahwinan kita. Kita ucapkan terima kasih dengan berpindah jauh.

  • Pada usia 30 tahun, ibu menelefon memberi nasihat dan petua mengenai penjagaan bayi, kita megah berkata, itu dulu sekarang zaman moden.

  • Ketika berusia 40 tahun, ibu mengingatkan mengenai kenduri kendara di kampung, kita kata sibuk, tak ada masa nak datang.

  • Apabila berusia 50 tahun, ibu jatuh sakit dan minta kita menjaganya, kita bercerita tentang kesibukan dan kisah ibu bapa yang menjadi beban.

  • Dan kemudian, kita mendapat berita kematian ibu. Khabar itu bagai petir. Dalam lelehan air mata, barulah segala perbuatan kita terhadap ibu menerpa satu persatu.




Sekian

Sunday, December 19, 2010

Ibu, Kaulah Malaikat hidupku


Terkadang, rasa rindu terhadap orang yang kita sayangi itu muncul dengan tiba-tiba. Kemudian tiba-tiba pula kita boleh rasa sedih. Betul tak?

Kenapa sedih?

Kerana orang yang kita rindui itu tidak berada bersama ita. Sudah lah tidak dapat melihat wajahnya, mata, senyuman atau mendengar suara tawanya malah marahnya pun sudah tiada.

Tapi bila fikir kembali, siapa yang patut kita ingat atau kita lebihkan rindui (selepas Allah dan rasul) ??? Mungkin ini kesilapan yang biasa kita atau lebih tepat aku lakukan sepanjang hidup ini. Maafkan aku ibu. Tidak terlintas di hati aku ini untuk mendahului orang lain selain kamu. Malah aku sanggup lakukan apa sahaja untuk mu, ibu. Mungkin kasih sayang ku terbatas disebabkan ego seorang anak yang sangat meninggi. Ya, ego. Walau macam mana pun hati ini sentiasa cuba untuk merendahkan tahap ego ini hingga dapat telapak kakimu. Ketahuilah ibu sangat berharga dalam hidup ini. begitu juga dengan ayah. Keduanya teramat sangat bererti dalam hidup ini.


Untuk post kali ini aku tertarik dengan sebuah cerita yang sangat menyentuh hati ku tatkala pertama kali membacanya. Selamat membaca!!!


Suatu pagi seorang bayi siap untuk di lahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan,

Bayi : “Para malaikat di sini mengatakan besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil dan lemah.”


Tuhan : “Aku sudah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu.”


Bayi : “Tapi disini di dalam surga apa yang pernah kulakukan hanya bernyanyi dan tertawa, ini sudah cukup bagi saya”


Tuhan : “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih bahagia”


Bayi : “Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara pada saya jika saya tidak mengerti bahasa mereka?”


Tuhan : “Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah engkau dengar dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkanmu bagaimana cara berbicara”


Bayi : “Apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu”

Tuhan : “Malaikatmu akan mengajarkanmu bagaimana cara berdo’a”


Bayi : “Saya dengar bahwa di bumi atau di dunia banyak orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungi saya?”


Tuhan : “Malaikatmu yang akan melindungimu walaupun hal itu akan mengancam jiwanya”


Bayi : “Tapi saya akan sedih karena tidak melihat Mu lagi”


Tuhan : “Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang-Ku dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu”

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara ibumu dapat terdengar dan sang bayi pun bertanya perlahan,

Bayi : “Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahuku nama malaikat tersebut?”

Tuhan : “Kamu akan memanggil malaikatmu, IBU”




Terima kasih Ibu atas bimbinganmu selama ini, telah membesarkanku, mendidikku hingga aku bisa hidup di dunia ini.



Ameen


Ibu…

Engkaulah insan paling berjasa dan teristimewa dalam hidupku,
Terima kasih kerana membesarkan diriku dengan penuh kasih sayang,
Terima kasih kerana selalu mendidik dan mendoakan kejayaan dalam hidupku,
Ku doakan semoga Ibu sihat, bahagia selalu di dunia dan akhirat
Ibu, ketahuilah bahawa anakmu ini sangat menyanyangi dirimu.

Amin.

Friday, December 17, 2010

Terima Kasih ibu


DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG


Apa khabar anda semua? Sudah kah kita sudah mendoakan kesejahteraan kedua ibu bapa kita selepas solat subuh tadi?

Sudah!

Alhamdulillah...

Moga setiap hari dalam kehidupan ini menjadi lebih bermakna dan diberkati dengan berkat doa itu. Sesungguhnya hidup ini hanya sekejap. Tidak kita tahu mana akhirnya. Hanya kesedian bekalan menuju alam seterusnya yang akan menelamatkan kita.



Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Keredhaan Allah terletak pada keredhaan ibubapa manakala kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan ibubapa.





Baru sahaja terbaca satu artikal di Harian Metro online bertajuk 'ibu tanggung 30 saman anak'. Macam mana? Menarik tak tajuk ini? Ibu yang bersusah payah dalam setiap perkara semata-mata mahu memberi keselesaan, kesenangan dan kemudahan kepada kita akhirnya dibalas dengan racun. Racun yang bisa menghalang kita dari bau wangian syurga. Sedarlah wahai anak-anak, pernah tak kita terfikir bagaimana siksa, jerik perih seorang ibu sewaktu mengandung dan sewaktu ingin melahirkan kita?

Membesarkan kita?sekolah, pakaian tempat tinggl, dan makanan


Kenapa kita tidak pernah berhenti untuk tidak menyusahkan orang yang sudah banyak berkorban untuk kita?


Payah kah untuk berterima kasih kepada ibu?


Semoga kita dapat berfikir dengan lebih waras dan merenung kembali apa yang sudah lakukan terhadap ibu kita.


Baik? Alhamdulillah


Kurang? Selagi ada masa dan selagi kita hidup berusahalah membahagiaka ibu tersayang


~Aku selalu berharap dapat berbakti ke kedua orang tuaku sampai akhir hayat~


~Sama-same la kita ye~




Sekian